Kamis, 11 September 2025

Hal-hal kecil yang mampu membawamu ke masa lalu

Pagi ini, aku terbangun pukul 5 subuh, sehabis wudhu untuk shalat subuh, aku merasakan semilir angin pagi yang sejuk. Tiba-tiba pikiranku melayang ke saat 11 tahun yang lalu. Saat itu aku bersama teman-teman Rohisku, sedang mengadakan tafakur alam, dengan kakak kelasku juga yang jadi crush ku. Saat itu kami dibangunkan di waktu tahajjud, dan tidak tidur lagi, tapi menikmati suasana sepertiga malam, gelapnya langit juga semilir angin yang sejuk. 
 
Ahh aku mengingatnya, saat itu, aku selalu mencari keberadaannya. Aku saaaaaanggat senang, hatiku selalu dibuat berdebar saat melihatnya. Ahh aku rindu masa-masa itu. Aku rindu rasa itu. Aku rindu orang-orang itu. Sesulit apapun aku mencari akun media sosialnya, aku tak menemukan crush ku itu. Ada, tapi udh tidak pernah aktif lagi, jadi tidak ada update-an baru tentangnya. Aku hanya ingin tahu, apa yang sedang dia lakukan, apakah dia sudah menikah, sudah menjadi ayah atau kemungkinan lain yang tak terpikir olehku. 

Aku berharap dia dalam keadaan baik-baik saja. Semoga someday later, i Will know kabar tentang dia... P*tra Pra*Ama Az*zi

Jumat, 05 September 2025

Tuhan, bolehkah aku menyerah??

 Rasanya aku ingin menyerah dengan semua yang ada. Mungkin memang ujianku tak seberat mereka yang ada di bawahku. Entah keinginan ini sudah berapa kali mampir dalam otakku.

Tuhan, apakah aku terlalu egois karena aku memikirkan diriku sendiri? Diriku yang ingin bahagia? Ingin dicintai? Apa tak ada satu orang pun di dunia ini yang mampu membuat hatiku meleleh, membuat aku tersentuh dengan sikapnya, kata-katanya. 

Tuhan, apakah kesabaran ku memang harus selalu kau uji? Maaf jika aku pernah berburuk sangka akan takdirmu. Aku yang menyalahkan-Mu dengan takdir yang aku miliki. 

Kenapa aku harus hidup jauh dari keluargaku, dari orangtuaku, dari saudara-saudara ku?

Kenapa aku harus hidup bersama orang yang sangat sering menyakitiku baik dengan sikap maupun kata? Walaupun disisi lain mereka juga menghidupi dan membesarkan aku, memberiku kemewahan.

Lantas, setelah menikah, apakah aku harus terus bersama orang yang tak pernah aku cintai dari pertama kali dia menyentuhku. 

Sudah 8 tahun lamanya kami bersama, dalam satu atap, dalam satu ranjang. Namun hanya air mata yang sering tumpah, tangis yang tak terdengar, sepi yang sering melanda. 

Sampai dari dalam benakku, muncul pertanyaan, apakah aku harus hidup selamanya bersama orang ini??

Tuhan, Engkau pasti tahu, apa niat dalam hatiku saat aku memutuskan untuk mengakhiri masa lajang ku. Aku ingin terbebas dari rumah yang dulu ku anggap penjara, aku ingin menjaga Marwah ku sebagai wanita, dengan menikahi siapa yang datang paling cepat kepadaku. 

Aku tak memikirkan hawa nafsuku, harus menikahi orang yang kaya, berpendidikan tinggi, rupawan. Tapi aku menikahi orang yang mempunyai latar agama yang bagus, sesuai dengan apa yang Nabi-Mu sabda kan. Walau raut wajahnya bukan seleraku, umurnya pun jauh dari diriku, tapi aku membuat keputusan besar sendirian. Karena tiada satupun orang yang mampu membuatku mempercayai mereka.

Tuhan, apakah Engkau mengkhianati keyakinanku pada-Mu? Aku yang yakin bahwa dengan mengikuti jalan-Mu semua akan baik-baik saja. Namun, apa yang terjadi dengan diriku saat ini sangat bertolak belakang dengan keyakinan itu. 

Tuhan, aku juga ingin bisa bermakna dengan ayahku, menceritakan semua gundah gulanaku. Tuhan, aku ingin pulang, aku ingin menjemput bahagiaku. 

Tuhan, pangeran itu menyakitiku.

Dia tak mampu memberiku harta, juga kasih sayangnya. 

Dia menyia-nyiakan semua jerih payahku. 

Tak pernah ada kata terimakasih untukku. 

Tuhaaaaan, aku harus bagaimana.

Aku tak akan pernah Sudi meminta untuk dipersatukan lagi dengannya di akhirat nanti.