Jumat, 22 April 2016




Sendiri. Ya aku memilih sendiri, menjalani setiap langkah ini sendiri. Memang, aku tak tahu masih sejauh apa perjalananku, atau mungkin aku sudah semakin dekat dengan tujuanku? Ahh entahlah.
Namun, aku telah memilih menjalani semuanya sendiri. Dari sekian banyak orang yang aku temui dan aku berikan rasa cinta dan sayangku sepenuhnya, kupercayakan semuanya kepadanya, lalu keadaan berubah, danhanya  tersisa rasa sakit dan perih akan kehilangan. Dan kini, bayang-bayang akan kehilangan orang-orang yang akusayangisemakinseringmuncul, membuat air mata ini tak pernah berhenti mengalir. Aku merasa ada bagian tubuhku yang hilang. Aku tak tahu sudah seberapa siap aku akan kehilangan mereka. 

Ayahku, aku ingin memeluknya untuk yang terakhir kali. Sebelum tubuhnya akan terbujur kaku, dingin dan tak mampu memberi pelukan hangatnya lagi untukku. Aku ingin merasakan belaian tangannya yang mengusap lembut kepalaku. Aku memang terbiasa sendiri, aku menemukan jati diriku sendiri, aku menghadapi semua rasa sakitku sendiri. Ingin rasanya, sekali saja aku merasakan pelukan Ayah. Dua puluh tahun yang lalu, mungkin memang aku sempat merasakannya, namun aku belum mengerti arti pelukan itu. Tapi Ayah, aku ingin pelukan itu, Pelukan hangat yang akan menguatkan hati dan tubuhku, menguatkan niatku, bahwa aku mampu melewati perjalanan ini walaupun tanpamu, mampu melewati setiap jalan terjal yang ada, mampu terus melangkah, walaupun harus tertatih. Ayah, aku memohon pada Allah, agar aku masih diberi kesempatan untuk memelukmu, walaupun pada akhirnya aku berpasrah kepada keputusan-Nya, aku titipkan dirimu kepada-Nya.
Ibu, aku juga ingin memelukmu. Engkau memang tak mengiringi pertumbuhanku, kau tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, hal menyenangkan apa dan hal menyakitkan apa yang menimpaku. Tapi satu yang akutahu, doamu yang mengantarkan kupadatakdirini. Ibu, aku pun menitipkan dirimu kepada Sang pencipta.
Kakak-kakakkudanadikku, akuinginmemeluk kalian untukterakhirkalinya. 15 tahunsudahkitatakpernahbercengkerama, akurindubercandabersama kalian, bersendaguraudantertawabersama, akuinginmembagibahagiakubersama kalian danaku pun inginmemeluk kalian ketika air matakitasama-samamengalir. Sekarang, kalian sudahmemilikikehidupanmasing-masing, akutakmampubercandasebebasseharusnyakakakdanadik. Akupastirinduakansaat-saatitu, saat yang hanyasebentarsekaliakumerasakannya. Kutitipkan kalian pada Sang Pemilikmanusia.
Sahabat-sahabatku, kalian yang telahmengukirbegitubanyakkisahdalamperjalananhidupku, kalian yang mengiringilangkahku, kalian yang selalumendengarcerita-ceritaku, kalian tempatkuberbagisemua rasa. Kalian bukanhanyasekedarteman, yang datangdanpergi, tapi kalian saudaraku, kalian keluargaku, kalian yang menggantikanposisikakakdanadikku. Entahtelahberapabanyakmomen yang telahkitabuat, berapabanyaksukadanduka yang kitabagi. Tawadantangis yang menghiasihari-harikitasalingbersamadanmengenalsatusama lain. AKumenyayangi kalian tanpabatas, akuingintahusetiaphaltentang kalian melebihi rasa ingintahukuuntukkeluargaku. Saat kalian pergi, rasa kehilanganinijauhlebihdalamdari yang terbayang. Sahabat, terimakasihataskesempatan yang kalian berikan. Akutakmempunyaikuasaapa-apauntukmenahan kalian agar takpergi, akutakpunyakekuatannapapununtukmampumembahagiakan kalian.  Akutitipkan kalian kepada Sang Pengaturpertemuan.
Cepatataulambat kalian akanpergi. Entahhanyasekedarjiwaataubersama raga kalian. Semuahanyatinggalwaktu. Bisajadi, hariiniadalahhariterakhirpertemuankudengan kalian.
Akumemilihsendiribukanberartiakumembenci kalian, tapiakubenar-benartakutkehilangan kalian. Semakinbanyakhari yang akulaluibersama kalian, semakindalam rasa takutkehilanganiniakanterasa.