Senin, 29 Februari 2016

Pagi ini jakarta diguyur hujan cukup lebat. Tapi sepertinya hujan turun tak konsisten, sebentar lebat, sebentar ringan. Saat hujan berhenti, langit masih diselimuti awan kelabu. Sepertinya matahari tak bersemangat terbit hari ini, walau dia tak bersemangat, dia tetap terbit.

Pagi ini aku belajar satu hal. Senyum itu mungkin tak seramah dulu, tawa itu tak serenyah dulu, tapi itulah takdirnya. Apa yang harus aku tangisi lagi? Mungkinkah Allah mengambil orang yang dulu cukup dekat denganku karena dia cemburu? Apakah Allah ingin aku lebih dekat dengannya, agar aku lebih mengenal Dia lebih jauh, agar cukup bekalku karena waktuku tak lagi lama? Apa aku akan segera meninggalkan dunia ini? Apa Allah menyiapkan semua takdir ini, aku yang terbiasa sendiri, aku yang tak meninggalkan banyak kesan diantara mereka, karena Allah akan segera memanggilku. Apakah doaku bertahun-tahun lalu akan segera dikabulkan, agar Allah memanggilku, memelukku dengan pelukan hangatnya.

Yaa, semoga Allah memang akan mengabulkannya. 22 hari menuju hari kelahirannku, Apakah akan sampai aku di hari itu, atau lima hari sebelumnya, namaku telah bertambah gelar almh.

Siapa yang tahu hari esok, aku hanya berusaha melakukan yang terbaik hari ini.

Oya, 1 hal lagi yang aku pahami, ketika aku dilanda rasa sedih yang teramat sangat karena suatu perubahan atau satu rasa kehilangan yang teramat dalam karena kepergian sesuatu yang aku sukai, maka aku harus berpikir berulang kali, membandingkan ratusan kali berapa banyak Allah menganugerahiku momen-momen bahagia itu, berapa lama Allah mengizinkanku mengecap semua rasa bahagia itu, lalu sekarang aku mau bilang bahwa Allah tak adil ketika aku merasakan kesedihan teramat dalam karena rasa bahagia itu pergi. Padahal rasa sedih itu dan momen-momen bahagia itu baru pergi sekitar 1 bulan yang lalu. Keadaan itu berubah baru 1 bulan yang lalu dan masih berlangsung hingga sekarang. Sementara aku mengecap rasa bahagia itu hampir setengah tahun yang lalu. Apakah aku pantas mengutuk nama- Nya yang begitu agung, menyalahkan takdir yang telah ia tuliskan? Tidak, aku harus sabar.

Lapangkanlah dadaku menerima keputusan-Mu, Ya Allah. Segala puji bagi-Mu atas segala hal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar