Rabu, 28 Desember 2016

Kutuliskan curahan hati yang mengganjal hari-hariku, yang membuat hati hampa, yang menghantui benak di setiap detik, yang menghilangkan senyum bahagia, menghadirkan tatapan nanar tanpa arti.

bagaimana? Mengapa? ada apa? 

Ya Allah, sang pemilik jiwaku, sang pemilik hatiku. Engkau yang lebih tahu apa yang terjadi dengan diriku. Bahkan aku tak tahu apa yang sedang kuinginkan. 

Ya Allah, kehampaan apa yang sedang kualami? Kegalauan apa yang melanda hari-hariku?
Hari-hariku tanpa nyawa, aku bagaikan mayat hidup yang bergerak kesana kemari tanpa jiwa. 

Aku merasa jengah, lelah, lariku bagai langkah tanpa arah. 
Aku lelah terus mengejar dunia tanpa tujuan. 
Aku lelah terus berdiri, berpura-pura baik saja. 
Aku ...
Aku kehilangan kata-kata.
Aku tak ingin masa mudaku berakhir begitu saja
Tanpa warna yang meninggalkan kesan berarti

Allah, tolong aku
Aku tak tahu harus meminta pada siapa
Allah, kemana aku harus mengadu
Allah, aku yakin Kau dengar jerit hatiku

Allah, kuingin jalani masa mudaku dengan jiwaku
Aku tak ingin lagi memakai topeng kepura-puraan
Allah, jangan biarkan aku sia-siakan waktuku
Karena sungguh, berat pertanggungjawabanku di hadapan nanti

Allah, Engkau-lah penolong kami
Engkau lah penolongku, segalanya untukku.
Tolonglah aku, bantu aku. 
Kemana lagi aku berharap, meminta, mengadu
Hanya kepada-Mu ya illahi Rabbi

Jumat, 23 Desember 2016

And i swear, lately i lost my soul. 

I don't know what's going on with my self. There is no more passion in the day i pass, something like empty and useless.

There is no more soul in every thing that i did.

Tatapan nanar tanpa arti
Raga yang ada hanya menjadi penghias hari

Kamis, 01 Desember 2016

Jum'at, 2 Desember 2016

Hari ini, umat muslim Indonesia mengukir sejarah baru.
Hari ini, Jakarta, Indonesia dan dunia mencatatnya.
Di pagi yang sejuk, angin berhembus.
Menyejukkan hati-hati para pejuang-pejuang yang rela berkorban atas nama islam
Atas nama Allah dan Rasulullah
Mereka tinggalkan dunia, demi merapatkan barisan, memanjatkan puji dan syukur
memanjatkan doa dan harapan, yang tak pernah ditolak oleh Dzat Yang Maha Mendengar

Lapangan Monas, Icon Ibu kota negeri ini
Hari ini bewarna putih, beriring pujian terhadap Allah dan Rasul-Nya,
dilantunkan kalam-kalam Illahi yang suci

Api perjuangan telah menyala disetiap jiwa para kaum muslimin,
Dan akan terus menyala hingga tegaknya kebenaran di bumi Nusantara
Puji dan puja atas-Mu dan Rasulullah kami lantunkan
Doa dan harapan kami panjatkan
Kami tumpahkan keluh kesah kami
Kejengahan kami atas kedzaliman yang terjadi

Janji-Mu adalah haq
Janji-Mu adalah pasti
Tak ada alasan untuk kami ragu
Rasul kami tak pernah bohong
Dan sungguh kekuatan ini adalah kuasa-Mu

Wahai Allah, ya Rabbul Alamin
Hamba-Mu ini memang tak mampu hadir dalam barisan para pejuang yang membela ayat-Mu yang telah dihina, dinista mereka yang membenci agama-Mu, namun Engkau lebih tahu, bahwa hati hamba bersama mereka, doaku mengiringi mereka yang berjuang disana. Jutaan saudara kami sedang berdzikir, berdoa, bershalawat hanya kepada-Mu. Di hari yang agung  ini, jaga kami, jaga keluarga kami, jaga saudara-saudara kami. Lindungi kami wahai Dzat Yang Maha Perkasa, lindungi saudara-saudara kami, kabulkan doa-doa kami. Lindungi kami dari musuh-musuh-Mu. Tunjukkan kepada kami yang haq dan yang bathil. Tetapkan hati-hati kami kepada tali agama ini. Kuatkanlah kami, Menangkanlah kami.

Saksikanlah Allah, Engkau yang menyiapkan kami menjadi pembuka janji Rasul kami, bahwa khilafah al - islamiyah akan tegak kembali. Aamiin.
   
Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipudaya yang jahat dengan sebenar-benarnya. Aku pun membuat rencana dengan sebenar-benarnya. Karena itu beri tangguhlah orang-orang kafir itu, yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar (QS ath-Thariq [86]: 15-17)

la ilaha ilallah muhammadun rasulullah, alaihi salatullah wa alihi wal ahibba


Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef

la ilaha ilallah muhammadun rasulullah, alaihi salatullah wa alihi wal ahibba


Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef

La ilaha ilallah muhammadun rasulullah, alaihi salatullah wa alihi wal ahibba

 


Senin, 29 Agustus 2016

Assalamu'alaikum,

Selamat pagi dunia maya. Sudah lama aku tak merangkai kata di lembaran putih ini. 24 Maret 2016, itulah tanggal terakhir kubagikan ceritaku, tentang perasaanku dan tentang fikiranku.
Sekarang aku jauh merasa lebih baik, setelah 4 bulan terlalui, dengan segala hal yang telah terjadi, dan inilah aku hari ini.

Akhir-akhir ini, aku merasa bahwa hatiku telah berkelana, tidak lagi menetap disini. Di sebuah ruangan yang disebut Lantai 4, yang dulu begitu erat ikatannya, aku merasa telah longgar ikatannya. Hari-hari yang kulalui bersama mereka tak lagi semenarik dulu. Semua yang dulu hangat kini berubah begitu dingin. Cerita yang kami bagikan terasa garing untuk didengar, canda yang mengalir pun tak seasyik dulu. Semuanya berubah. Aku tak mengerti apa yang terjadi.

Sering aku berpikir, bagaimana jika aku meninggalkan tempat ini saja? pergi dari kumpulan mereka dan mundur dari segala bentuk perjuangan. Bukan maksud ku tak mau berjuang lagi, masalahnya rasa nyaman ini telah menguap, dan rasa hangat itu mulai berganti dingin. Getir, canggung, ahhh aku tak tahu lagi alasan apa yang bisa membuatku tetap bertahan ditempat ini. Jika dulu aku masih bertahan karena rasa nyaman dan kehangatan yang tak kutahu akan kutemukan dimana, karena erat nya ikatan hati-hati kami. Tapi, semakin hari kulalui, dan tepat sudah 2 tahun aku berada disini, menghabiskan 5 hari dalam seminggu, 50 jam dalam seminggu. Yaa, 18 Agustus 2016 yang lalu, aku sudah genap 2 tahun bergabung dan berjuang bersama mereka.

Kini saatnya aku akan melangkah lebih jauh lagi. Semoga Allah mengabulkan do'aku agar aku menikah sebelum akhir tahun ini. Dengan seorang laki-laki yang shaleh dan mencintai Allah dan juga rasul-Nya, yang akan aku berjuang bersamanya, mewujudkan mimpi-mimpi kami, berjuang atas nama islam, dunia akhirat. Sungguh indah, membayangkan andai aku dan suamiku kelak bisa mati syahid dalam perjuangan menegakkan kalimatullah. Insya Allah.
Sebelum akhir tahun 2016 ini. Sesember 2016. Aku yakin, bahwa Allah tak pernah menyia-nyiakan do'a hamba-Nya yang meminta.


Jumat, 22 April 2016




Sendiri. Ya aku memilih sendiri, menjalani setiap langkah ini sendiri. Memang, aku tak tahu masih sejauh apa perjalananku, atau mungkin aku sudah semakin dekat dengan tujuanku? Ahh entahlah.
Namun, aku telah memilih menjalani semuanya sendiri. Dari sekian banyak orang yang aku temui dan aku berikan rasa cinta dan sayangku sepenuhnya, kupercayakan semuanya kepadanya, lalu keadaan berubah, danhanya  tersisa rasa sakit dan perih akan kehilangan. Dan kini, bayang-bayang akan kehilangan orang-orang yang akusayangisemakinseringmuncul, membuat air mata ini tak pernah berhenti mengalir. Aku merasa ada bagian tubuhku yang hilang. Aku tak tahu sudah seberapa siap aku akan kehilangan mereka. 

Ayahku, aku ingin memeluknya untuk yang terakhir kali. Sebelum tubuhnya akan terbujur kaku, dingin dan tak mampu memberi pelukan hangatnya lagi untukku. Aku ingin merasakan belaian tangannya yang mengusap lembut kepalaku. Aku memang terbiasa sendiri, aku menemukan jati diriku sendiri, aku menghadapi semua rasa sakitku sendiri. Ingin rasanya, sekali saja aku merasakan pelukan Ayah. Dua puluh tahun yang lalu, mungkin memang aku sempat merasakannya, namun aku belum mengerti arti pelukan itu. Tapi Ayah, aku ingin pelukan itu, Pelukan hangat yang akan menguatkan hati dan tubuhku, menguatkan niatku, bahwa aku mampu melewati perjalanan ini walaupun tanpamu, mampu melewati setiap jalan terjal yang ada, mampu terus melangkah, walaupun harus tertatih. Ayah, aku memohon pada Allah, agar aku masih diberi kesempatan untuk memelukmu, walaupun pada akhirnya aku berpasrah kepada keputusan-Nya, aku titipkan dirimu kepada-Nya.
Ibu, aku juga ingin memelukmu. Engkau memang tak mengiringi pertumbuhanku, kau tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, hal menyenangkan apa dan hal menyakitkan apa yang menimpaku. Tapi satu yang akutahu, doamu yang mengantarkan kupadatakdirini. Ibu, aku pun menitipkan dirimu kepada Sang pencipta.
Kakak-kakakkudanadikku, akuinginmemeluk kalian untukterakhirkalinya. 15 tahunsudahkitatakpernahbercengkerama, akurindubercandabersama kalian, bersendaguraudantertawabersama, akuinginmembagibahagiakubersama kalian danaku pun inginmemeluk kalian ketika air matakitasama-samamengalir. Sekarang, kalian sudahmemilikikehidupanmasing-masing, akutakmampubercandasebebasseharusnyakakakdanadik. Akupastirinduakansaat-saatitu, saat yang hanyasebentarsekaliakumerasakannya. Kutitipkan kalian pada Sang Pemilikmanusia.
Sahabat-sahabatku, kalian yang telahmengukirbegitubanyakkisahdalamperjalananhidupku, kalian yang mengiringilangkahku, kalian yang selalumendengarcerita-ceritaku, kalian tempatkuberbagisemua rasa. Kalian bukanhanyasekedarteman, yang datangdanpergi, tapi kalian saudaraku, kalian keluargaku, kalian yang menggantikanposisikakakdanadikku. Entahtelahberapabanyakmomen yang telahkitabuat, berapabanyaksukadanduka yang kitabagi. Tawadantangis yang menghiasihari-harikitasalingbersamadanmengenalsatusama lain. AKumenyayangi kalian tanpabatas, akuingintahusetiaphaltentang kalian melebihi rasa ingintahukuuntukkeluargaku. Saat kalian pergi, rasa kehilanganinijauhlebihdalamdari yang terbayang. Sahabat, terimakasihataskesempatan yang kalian berikan. Akutakmempunyaikuasaapa-apauntukmenahan kalian agar takpergi, akutakpunyakekuatannapapununtukmampumembahagiakan kalian.  Akutitipkan kalian kepada Sang Pengaturpertemuan.
Cepatataulambat kalian akanpergi. Entahhanyasekedarjiwaataubersama raga kalian. Semuahanyatinggalwaktu. Bisajadi, hariiniadalahhariterakhirpertemuankudengan kalian.
Akumemilihsendiribukanberartiakumembenci kalian, tapiakubenar-benartakutkehilangan kalian. Semakinbanyakhari yang akulaluibersama kalian, semakindalam rasa takutkehilanganiniakanterasa.


Kamis, 24 Maret 2016

Saat aku bisa melihat kalian tertawa bahagia, bersama orang-orang yang benar-benar tulus, aku jadi tenang dan ikut bahagia juga, karena aku bisa lebih tenang jika aku meninggalkan kalian, entah karena Allah yang memanggil atau Allah menakdirkan aku untuk menjalani petualangan baru bersama orang lain.

Aku bahagia bisa melihat kalian bahagia, walau tanpa aku.

Kamis, 03 Maret 2016

Terik matahari pagi datang bersama semilir angin yang berhembus, seakan-akan mengucapkan selamat pagi padaku, selamat menjalani hari ini dengan sebaik-baiknya. Semilir angin itu juga bagaikan membuka lembaran-lembaran kenangan yang sudah lama kututup rapat-rapat. Sebelum lembaran itu jelas terbuka, aku telah berusaha menutupnya serapat yang aku bisa.

Senin, 29 Februari 2016

Pagi ini jakarta diguyur hujan cukup lebat. Tapi sepertinya hujan turun tak konsisten, sebentar lebat, sebentar ringan. Saat hujan berhenti, langit masih diselimuti awan kelabu. Sepertinya matahari tak bersemangat terbit hari ini, walau dia tak bersemangat, dia tetap terbit.

Pagi ini aku belajar satu hal. Senyum itu mungkin tak seramah dulu, tawa itu tak serenyah dulu, tapi itulah takdirnya. Apa yang harus aku tangisi lagi? Mungkinkah Allah mengambil orang yang dulu cukup dekat denganku karena dia cemburu? Apakah Allah ingin aku lebih dekat dengannya, agar aku lebih mengenal Dia lebih jauh, agar cukup bekalku karena waktuku tak lagi lama? Apa aku akan segera meninggalkan dunia ini? Apa Allah menyiapkan semua takdir ini, aku yang terbiasa sendiri, aku yang tak meninggalkan banyak kesan diantara mereka, karena Allah akan segera memanggilku. Apakah doaku bertahun-tahun lalu akan segera dikabulkan, agar Allah memanggilku, memelukku dengan pelukan hangatnya.

Yaa, semoga Allah memang akan mengabulkannya. 22 hari menuju hari kelahirannku, Apakah akan sampai aku di hari itu, atau lima hari sebelumnya, namaku telah bertambah gelar almh.

Siapa yang tahu hari esok, aku hanya berusaha melakukan yang terbaik hari ini.

Oya, 1 hal lagi yang aku pahami, ketika aku dilanda rasa sedih yang teramat sangat karena suatu perubahan atau satu rasa kehilangan yang teramat dalam karena kepergian sesuatu yang aku sukai, maka aku harus berpikir berulang kali, membandingkan ratusan kali berapa banyak Allah menganugerahiku momen-momen bahagia itu, berapa lama Allah mengizinkanku mengecap semua rasa bahagia itu, lalu sekarang aku mau bilang bahwa Allah tak adil ketika aku merasakan kesedihan teramat dalam karena rasa bahagia itu pergi. Padahal rasa sedih itu dan momen-momen bahagia itu baru pergi sekitar 1 bulan yang lalu. Keadaan itu berubah baru 1 bulan yang lalu dan masih berlangsung hingga sekarang. Sementara aku mengecap rasa bahagia itu hampir setengah tahun yang lalu. Apakah aku pantas mengutuk nama- Nya yang begitu agung, menyalahkan takdir yang telah ia tuliskan? Tidak, aku harus sabar.

Lapangkanlah dadaku menerima keputusan-Mu, Ya Allah. Segala puji bagi-Mu atas segala hal

Selasa, 23 Februari 2016

Sore ini, aku duduk di depan sebuah layar berbentuk persegi panjang, menuliskan sepenggal kisah yang aku tak pernah mengerti kemana arahnya. Apakah aku harus protes akan segala sesuatu yang terjadi. Apa aku harus protes dengan apapun yang menyakitkan hati?

Apakah aku harus menuntut sebuah kebersamaan? Apakah aku harus menuntut keterbukaan? Bukankah aku sendiri yang memutuskan untuk menutup diri? Menghindari kebersamaan untuk menikmati kesendirian.

Bukankah aku selalu mengingatkan pada diriku setiap hari bahwa takdir Tuhan adalah yang terbaik? Bukankah setiap hari aku mengajari diriku untuk selalu berprasangka baik pada-Nya? Mengapa sekarang pertanyaan-pertanyaan menyesakkan itu kembali ke fikiranku. Mendesak hatiku untuk menangis.

Seorang bijak berkata padaku, kenangan - kenangan indah ataupun menyakitkan tak seharusnya dilupakan, Bukan melupakan yang jadi masalahnya, karena pada saat kita melupakan suatu hari nanti pasti akan tiba saat kita akan mengingat kenangan itu lagi. Yang terbaik adalah menerima. Jika aku bisa menerima maka aku bisa melupakan, tapi ketika aku tak bisa menerima aku tak akan pernah melupakan. Memeluk setiap kejadian yang terjadi, memeluknya erat. Mungkin awalnya sakit, tapi tak akan lagi sakit, ketika kita sudah terbiasa.

Kamis, 18 Februari 2016

Jika Allah maunya keadaan jadi begini, lalu aku bisa apalagi? Bukankah Allah penulis skenario terbaik, bukankah Dia Yang Maha Penyayang. Dia tak mungkin menyakiti ciptaan - Nya.
Jika Allah menuliskan skenario ceritanya begini, sekeras apapun aku berusaha mengubah takdirnya, tak akan mampu jika Dia tidak berkehendak.
Jika cerita tentang aku dan Fathia telah usai, mungkin memang skenarionya sudah selesai. Aku tak perlu lagi memaksa, merengek melalui isak tangisku. Toh semua sudah ditakdirkan. Apa aku harus memaksa dan meminta agar semua cerita indah itu kembali. Tidak.
Aku akan menerima apa yang telah Allah kehendaki, karena aku hanya manusia. Tak punya wewenang apa-apa. Aku tak pantas menyombongkan diri dengan meminta takdir yang begini, yang begitu, pikirku lebih baik jika aku terus menerus menjalani kisah yang sama, bercanda, tertawa dan berbagi apa saja dengan fathia. Tapi, Allah tahu yang lebih baik. Mungkin kisah itu sudah usai, aku harus beranjak, pikirku tak benar. Aku hanya manusia, tak pantas aku berkata, "Tuhan, takdirkan begini, pasti itu lebih baik". Hahaha, siapa aku? Hanya manusia yang bahkan untuk sekedar mengedipkan mata pun tak bisa bila Tuhan tidak mengizinkannya.

Sekarang, hari ini, mulai detik ini, kan kucamkan dalam hatiku, dalam pikiranku.

"jika Allah maunya begini, aku bisa apa? Dia tahu yang terbaik bukan?"

Life must go on, Dear. The shows is not end up yet. So, Move! Don't be stuck in one case. Act like what Allah has written about you. There is so many episode that you should play, or This is your last episode??

Who Knows ....

Rabu, 17 Februari 2016

bagaikan kayu yang patah, meski ia sudah disambung lagi, tak akan pernah lagi sama seperti semula.

Itulah takdirnya. Jika Tuhan maunya begitu, lalu aku harus bagaimana??

Sabtu, 30 Januari 2016

MATI

TUHAN, AKU HANYA INGIN SENDIRI
AKU INGIN MATI DALAM KESENDIRIANKU
BIARKAN AKU MENELAN SEPI
BIARKAN AKU MENANGIS DALAM DIAM
HINGGA TERISAK TANPA SUARA

IZINKAN AKU MATI
AKU TAHU AKU SALAH
MEMINTA KEMATIANKU DIPERCEPAT

AKU RASA, ADA JIWA YANG LEBIH BAIK
YANG BISA MENEMPATI RAGA SEMPURNA DARI DIRIKU
MENJALANKAN TAKDIR KEHIDUPAN YANG ALLAH JANJIKAN
 
Di tengah keheningan malam, kutuliskan rangkaian kata ungkapan perasaan ini. Beribu tanya yang berkecamuk di dalam kepala ku, diiringi dengan bulir-bulir air mata yang sarat akan kepedihan. Sesekali sesenggukan karena menahan suara tangis yang tak ingin terdengar.

Allah, Lina harus tanya ama siapa?
Lina bingung Allah, Lina harus ngasih tau semuanya sama siapa, Lina ga tau mau dengerin kata-kata siapa, Lina harus percaya sama siapa. Ga ada. Ga ada yang bisa lina percaya di dunia ini. Satu orang pun.

Allah, apa Lina ini manusia paling bersalah di dunia ? Ribuan orang yang datang silih berganti ke hadapan lina selama 20 tahun lina berada di dunia ini mengeluhkan rasa sakit di hati mereka akibat pertemuan dengan lina. Aku hanya menjadi beban untuk mereka, aku tak pernah sekalipun membuat mereka bahagia, walau betapa pun kau mencoba, tetap saja, aku menyakiti mereka.

Allah, apa sebenarnya tujuan Engkau menciptakan aku ke dunia ini, jika aku hanya akan menyakiti banyak orang?? Orang tua kandungku, saudara-saudara kandungku, ayah dan ibu yang telah membesarkan aku hingga aku mampu duduk dengan menuliskan kata-kata ini, lalu saudara-saudaraku, sahabat - sahabatku, Fathia, Desti, Hani dan masih banyak sederet raut wajah yang mengenaliku.

Allah, kasih tau lina kenapa lina harus di dunia ini? KENAPA ALLAH HARUS NYIPTAIN LINA, KALO LINA INI CUMA JADI ORANG YANG GA TAU DIRI, GA PEDULI, EGOIS, GA SOPAN, GA SAYANG SAMA ORANG TUA, GA BERBAKTI, PEMALAS, GA KONSISTEN, GA BISA KERJA, PELIT, NYAKITIN HATI ORANG TUA, NGEBEBANIN ORANG-ORANG SEKITAR, TERUTAMA TEMEN, GA TAU BALES BUDI.

ALLAH, KENAPA ALLAH GA NYABUT NYAWA LINA AJA, TERUS TEMPATIN LINA LANGSUNG DI NERAKA. DARIPADA LINA HARUS JADI BEBAN BUAT SEMUA ORANG YANG ADA DI HIDUP LINA. BUAT APA ALLAH???

LINA CUMA MANUSIA GA BERGUNA, CUMA SEONGGOK DAGING YANG BERKELIARAN DI MUKA BUMI, MENYEBARKAN RASA SAKIT DAN BAU BUSUK YANG MENYENGAT. WALAUPUN LINA MEMBAWA RIBUAN TANGKAI MAWAR, TAPI MAWAR ITU BERDURI YANG HANYA AKAN MELUKAI YANG MEMEGANGNYA. WALAUPUN LINA MEMPUNYAI NIAT BAIK UNTUK MENYAYANGI MEREKA, BERBUAT BAIK KEPADA MEREKA, DURI-DURI MAWAR ITU TERLANJUR MENANCAP, SEHINGGA TAK ADA GUNA AKU MEMULAI KEBAIKAN - KEBAIKAN YANG AKU UTARAKAN, YANG SEMPAT TERLINTAS DI BENAKKU.