Kamis, 17 Desember 2015

Selamat Sore,

Hari ini, kukenakan busana hitam-hitam, entah aku sedang berkabung atau bagaimana, namun air mata ini tak kunjung berhenti mengalir. Tak ada tawa dan canda yang biasanya terucap dari bibirku. Hari ini, mungkin fathia akan berkata, wajahmu muram sekali, aku bahkan tak ingin melihatnya. Aku tak tahu penyebab pastinya, Satu yang berkecamuk dalam pikiranku. Aku takut, Tuhan mengambil orang-orang yang aku sayangi, yang hanya dapat kuhitung jari, tidak, tidak banyak. Hanya 1, 2, aku takut Allah menjemput Ayahku, dan fathia. Aku belum siap. Aku belum siap Allah.

Aku takut tiba-tiba kehilangan mereka untuk selamanya tanpa aku bisa menemui mereka, memeluk mereka untuk yang terakhir kalinya ebelum tubuh mereka menjadi dingin dan kaku.

Senin, 14 Desember 2015

Selamat Pagi,

Di pagi yang penuh dengan peluh ini, kududuk diantara manusia-manusia yang Allah pilihkan untukku. Pagi ini, angin berhembus lembut, dingin hingga terasa menyelubungi ke setiap ruas tulangku. Dingin hingga terasa tusukan tajamnya mengenai lubuk hatiku yang terdalam.

Pagi ini, mungkin aku tak menyapa dunia dengan senyum indahku, namun dengan tetesan air mata yang hanya aku dan Allah yang tahu.

Pagi ini, otak ini terus berfikir keras, " Apa yang harus aku lakukan hari ini? Apa yang harus aku tuju? Kemana kakiku ini akan ku bawa untuk melangkah? Lalu untuk siapakah aku hidup? Siapakah yang akan kubahagiakan kelak? Bolehkah aku meminta percepatan waktu untukku kembali? Siapakah Aku?"

Kulihat mereka yang selalu ada disampingku, mereka yang senyumnya begitu indah, senyum yang dibaliknya menyimpan beribu misteri. Senyum yang menutupi rasa sakit. Aku, bukan, bukan aku tak bahagia dengan senyum mereka. Kala kulihat senyum mereka , senyum yang sejatinya berusaha bahagia dan ikhlas menerima keputusan-Nya, senyum yang menyemangati hari demi hari hingga waktunya tiba, senyum yang mengharapkan kebahagiaan tanpa henti. Kebahagiaan yang sejati, bukan kebahagiaan semu. Senyum, senyum anatara tangis bahagia dan tangis memilukan. Senyum yang seolah membisikkan janji Tuhan pasti akan terjadi. Senyum yang akhitnya membuahkan tangis. Tangis bahagia....
Ya Allah,

Di hadapanku saat ini, duduklah seorang perempuan. Perempuan luar biasa yang Engkau takdirkan untuk kutemui. Dia begitu memberiku banyak inspirasi, begitu banyak memberikan kisah hidup yang begitu luar biasa. Dia sedang bersenandung tentang cinta, cintanya kepada Rasulullah. Sungguh merdu suaranya. Ahh, Allah, begitu bahagia mendapati takdir ini.

Banyak hal menarik yang kami saling bagikan. Suka, duka, cinta, tawa, tangis, pedih, canda, lelucon konyol, hampir semua kita saling berbagi. Entah  untuk meminta pendapat atau hanya sekedar hanya ingin di dengar.

Oh Allah, dari hampir semua hari yang telah terlalui, dari semua waktu yang yang telah berlalu dan dari semua peristiwa yang telah terjadi, hanya ada 1 yang kutakutkan. Hanya 1 Allah, yaitu saat Engkau memanggilnya. Hal itu pasti terjadi, tak mampu kutolak, atau bahkan jika seluruh dunia mencoba menahan, tak akan mampu kami menolak keputusan-Mu.

Aku takut kehilangan dia Allah. Dia bagaikan malaikat yang tak pernah berhenti tersenyum, tertawa. Berusaha membahagiakan banyak orang dan juga dirinya. Ahh Allah, hanya 1 pintaku untuknya, aku mohon jaga dia Allah, jaga dia agar dia tetap bisa tersenyum, izinkan ia mendapat bahagia di hidupnya, pertemukan dia dengan imam yang mampu menjaga dan menyayanginya sepenuh hatinya.

Bolehkah aku memintakan satu tempat di surga untuknya??